Penasehat Sultan Maulana Hasanudin
- Cili Mandira, dimakamkan. di Kampung Panyunan Banten
- Cili Glebeg, dimakamkan di seberang Karangantu Banten
- Cili Kored, dimakamkan di Gunung Santri Banten
- Cili Wulung, dimakamkan di Kresek Tangerang Banten
Penyiaran agama Islam di Banten yang dilaksanakan Sultan Maulana Hasanudin mendapat tantangan dari Kerajaan Sunda Pajajaran, dibawah pimpinan Pucuk Umun. penentangan Kerajaan Sunda Pajajaran, ini dikarenakan Sultan Maulana Hasanudin cukup berhasil menyebarkan agama baru ( Islam ) di Banten sampai bagian selatan Gunung Pulo Sari ( Gunung Karang ), Pulau Panaitan Ujung Kulon. keberhasilan ini mengusik Prabu Pucuk Umun yang semakin kehilangan pengaruh, sehingga ia menantang Sultan Maulana Hasanudin untuk bertarung dengan cara mengadu ayam jago, dan sebagai taruhannya : yang kalah akan dipotong lehernya ! Tantangan Prabu Pucuk Umun disambut oleh Sultan Maulana Hasanudin, setelah ia bermusyawarah dengan pengawalnya, yakni Syeikh Muhammad Sholeh. Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa yang aka bertarung adalah Syeikh Muhammad Sholeh sendiri, dengan cara menyerupai ayam jago seperti layaknya ayam jago biasa hal ini terjadi karena karomah atau kelebihan ilmu yang dimilikinya & atas dasar izin Allah SWT.
Pertarungan dua ayam jago tersebut berlangsung seru. Namun akhirnya pertarungan itu dimenangkan oleh jagonya Sultan Maulana Hasanudin. Setelah pertarungan selesai, Sultan Maulana Hasanudin membawa jagonya pulang ke banten, yang akhirnya jago itu berubah bentuk menjadi manusia, sosok Syeikh Muhammad Sholeh.
Akibat kekalahan yang dialami oleh Prabu Pucuk Umun dalam pertandingan "adu jago", ia tidak tinggal diam untuk menyerah, namun tetap ia mengambil langkah berikutnya, sehingga ia menyatakan perang. Pernyataan perang ini pun ditanggapi oleh Sultan Maulana Hasanudin. Memang Prabu Pucuk Umun dasarnya lagi naas, apapun yang ia lakukan mendapat kegagalan, kalah dalam pertempuran melawan Sultan Maulana Hasanudin, bersama Syeikh Muhammad Sholeh. Pasukan Pajajaran mundur ke arah selatan, bersembunyi di Pulo Sari Rangkasbitung Kab. lebak, dan mereka itu sekarang dikenal dengan Suku Baduy.
Kemenangan dalam pertempuran ini membuat Sultan Maulana Hasanudin lebih giat menyusun strategi & program perjuangan untuk menyebarkan agama Islam di Banten. Pusat kegiatan dakwah & politiknya ditempatkan di Istana Surosowan. sedangkan sang pengawal Syeikh Muhammad Sholeh, ia pulang ke markasnya Gunung Santri. Kedatangan Syeikh Muhammad Sholeh ke Gunung Santri ini mengemban tugas sebagai mubaligh untuk menyebarluaskan ajaran agama Islam di sekitarnya. Metode yang digunakan Syeikh Muhammad Sholeh dalam berdakwah menggunakan pendekatan persuasif, sehingga setiap orang didatanginya merasa puas & bersedia mengikuti ajakan untuk memeluk ajaran Islam secara sukarela.
Referensi :
- Buku sejarah Gunung santri keluaran bojonegara kabupaten Serang.
- Cerita langsung dari masyarakat Gunung santri